Rabu, 09 Januari 2013

Jasa Marga Tinggikan Tol dan Bangun JORR II

Jakarta - Operator Tol Bandara PT Jasa Marga punya 2 skema jangka panjang agar tol tidak lagi diserang banjir. Selain meninggikan dan memperlebar jalan tol, pihaknya akan membangun tol Jakarta Outer Ring Road (JORR)II. Skema jangka panjang PT Jasa Marga tersebut disampikan Corporate Secretary Okke Marlina kepada detikcom, Kamis (8/5/2008). "Antisipasi ke depan, sekarang sudah mulai konstruksi penambahan lajur dari 2 menjadi 4, ke arah bandara dulu. Akhir tahun 2008 selesai. Sedangkan ke arah Jakarta kita melakukan tender kontraktor dulu. Selesai tahun depan tapi konstruksinya dimulai tahun ini," kata Okke. Jalan Tol Sedyatmo itu, lanjut Okke, tidak hanya diperlebar, namun juga ditinggikan. Peninggian jalan dilakukan pada titik-titik tertentu. Titik yang rawan banjir seperti Km 25-27 akan mengalami peninggian paling tinggi, 2 meter. Okke mengatakan, pelebaran dan peninggian jalan tol ini bukan karena banjir di Tol Bandara tersebut. Rencana tersebut sudah masuk dalam agenda Jasa Marga sejak lama karena kondisi Tol Bandara yang semakin payah. "Pelebaran bukan karena banjir, tapi pelayanan Tol Sedyatmo sudah mencapai kapasitas maksimum. Ditinggikan karena ada penurunan. Sudah tahun 2001 desainnya," kata Okke. Tol Sedyatmo, imbuh Okke, hingga hari ini sudah terjadi penurunan sampai 2 meter di bawah permukaan laut, sejak tol tersebut beroperasi sekitar tahun 1984. "Bukan karena banjir. Tapi beban jalan di atas tanah rawa dengan adanya banyak pemukiman di sekitar situ," jelas dia. Skema jangka panjang lainnya, adalah membangun Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) II. Tol ini menghubungkan Serpong-Kunciran-Cengkareng sebagai jalur alternatif dari jalur selatan. "Kita target bisa selesai tahun 2010. Belum konstruksi. Kita baru membentuk konsorsiumnya dalam waktu dekat ini. Konstruksi akan dimulai setelah pembebasan lahan yang dilakukan pemerintah,"� tutur Okke.

Jumat, 04 Januari 2013

Proyek Tol Kunciran Tetap Dilanjutkan

TANGERANGNEWS-Pemerintah Kota Tangerang mengaku terpaksa tidak bisa melakukan apa-apa terhadap rencana pembangunan Tol Kunciran-Serpong  yang sedianya sudah harus dibebaskan lahannya pada Februari tahun ini. Alasannya, karena belum ada kejelasan langkah atau belum dibuatkan surat persetujuan penetapan lokasi proyek (SP2).
 
Sekda Kota Tangerang Harry Mulya Zein mengatakan, karena ini berada di dua  pemda, yakni Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan, dan berdasarkan Keputusan BPN No.3/2007 tentang pengadaan tanah untuk kepentingan umum, yang menjadi motor dari pembebasan  adalah yang lebih tinggi, yakni Pemprov Banten. Untuk kemudian diteruskan kepada pemda setempat.
 
“Padahal memang setahu kami, ini  diminta oleh Dirjen Pekerjaan Umum untuk segera dilakuka secepatnya. Tetapi saya tidak tahu lagi setelah November lalu hingga kini belum ada lagi tindak lanjut. Berdasarkan jadwal Februari tahun ini harusnya sudah mulai,” kata Harry, siang ini.
 
 Harry menjelaskan memang pernah Pemprov Banten melakukan pertemuan bersama-sama dengan Pemkab Tangerang (kini Kota Tangerang Selatan) pada November lalu. Dari situ disepakati rencana awal pembebasan lahan itu akan dilakukan pada Februari 2010. Tetapi hingga kini belum ada lagi pertemuan pembasahan tol tersebut.
 
Diketahui proyek sepanjang 17,2 Kilometer (6 km Kota Tangerang, 11,2 km Kota Tangerang Selatan)  yang membentang dari Kunciran, Kota Tangerang melintasi Kunciran Jaya, Panunggangan Timur (keduanya Kecamatan Pidang), Kelurahan Parigi Baru, Kelurahan Parigi, Kelurahan Jombang (Pondok Aren),  Kelurahan Paku Jaya, Kelurahan Pondok Jagung Timur dan Kelurahan Jelupang (Kecamatan Serpong Utara) hingga kelak tersambung ke Jalan Tol Serpong-Cinere dan Jalan Tol Cinere-Jagorawi. “Bahkan dari bukan saja dari Kunciran, tetapi dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta,” jelasnya.
 
       Potensi traffic tol ini diperkirakan akan tinggi. Bahkan bersadarkan informasi, hitung-hitungan  tarif tol itu sebesar Rp500/km atau sekitar sekitar Rp7.500 Jika dengan tarif Rp7.500 sekali masuk tol, kemudian dikali 38.000 kendaraan yang hilir mudik berdasarkan studi kelayakan Badan Perencanaan Daerah  Kota Tangerang  maka pendapatan yang akan diperoleh mencapai Rp280 juta per harinya. (dira)